Di rumah orang tuaku, Tasikmalaya, 3 April 2015 (04:53 WIB)
Untuk seseorang yang berhasil membuatku menangis,,
Assalamuálaikum..
Semalam saat ku ajak bertemu dengan baik2 kau masih saja
menghindar, memberikan alasan yang mengambang tanpa penjelasan lebih lanjut.
Kau bilang diammu saat ini adalah cara agar kau tak menyakitiku, agar kau tak
banyak buat salah lagi, padahal sebenarnya kesalahanmu justru karena diam itu
dan aku semakin sakit karenanya. Aku sungguh tak mengerti. Sangat. Jadi jangan
salahkan aku jika aku membencimu saat ini.
Sebelum kau benar2 pergi jauh, sebelum kau benar2
meninggalkanku, sebelum benar2 tak ada kata lagi diantara kita, aku ingin
bercerita. Semoga dirimu berkenan untuk membaca.
Di rumah ini, aku hanya tinggal berdua, bersama mamah. Ia
segalanya bagiku, dan cintanya untukku melebihi cintanya ia pada hidupnya
sendiri. Jarang sekali rumah ini didatangi
orang lain selain yaa beberapa tetangga, saudara2 dan teman2 kakakku yang
bertamu sebentar. Beberapa kali aku memboyong teman2 kuliahku kesini, tapi tak
pernah sekalipun ada seorang pria yang datang atau yang kubawa selain mereka.
Dan mamah selalu berharap pria itu segera datang mengetuk pintu rumah ini.
2 bulan yang lalu kau tiba2 muncul di kehidupanku,
menggeretak, membujuk hatiku untuk ikut kehendakmu. Lama2 kupikir tak ada
salahnya juga membuka hati untuk orang yang masih sangat sangat baru kukenal. Dan
kini dirimu yang semula ku abaikan itu berhasil mencuri perhatianku dan mamah.
Kau tahu, semenjak aku menceritakanmu, kesehatan mamah
meningkat drastis, ia terlihat lebih bahagia. Senyum yang lama tak kulihat itu
kini terus tersungging dibibirnya. Matanya berbinar, raut wajahnya ceria, tak
ada sedih, tak ada tangisan lagi. Aku berfikir, mungkinkah kau memang tiba2
jatuh dari surga? Kau membuat segalanya berubah lebih baik. Bukan Cuma mamah,
aku pun sama.
Dan dengan sangat menyesal harus kukatakan juga, entah ini
kebetulan atau apa, semenjak kau menjauh, mamah jatuh sakit, meskipun
sebelumnya aku tak pernah mengatakan pada mamah bahwa kau menjauh. Aku sibuk
merawat mamah, bukan Cuma fisik yang sibuk, lebih dari itu. Tak ada lagi yang
lebih sakit selain melihat mamah sakit. Aku seakan kehilangan segalanya, dan
tak ada lagi seseorang yang bisa menenangkan sedikt penatku saat itu. Ya. Kenapa
kamu harus menjauh disaat aku benar2 jatuh?
Alhamdulillah mamah sekarang sudah sembuh. Tapi ternyata tak
benar2 sembuh. Ia selalu menanyakanmu dan aku selalu bingung harus bilang apa.
Tak apa jika hanya aku saja yang kecewa, tak apa jika hanya aku saja yang
menangis. Tapi jika itu juga membuat mamah kecewa dan menangis, aku harus
berbuat apa?
Aku tak minta apa2, aku hanya ingin kau bicara yang
sebenarnya. jika aku memang tak cukup pantas, katakan saja. Jika kau yang
merasa tak pantas untukku, aku ingin tahu alasannya kenapa. Aku ini orang
biasa, hidupku juga sederhana. Jika aku banyak salah, mohon dimaafkan. Jika kau
dan keluargamu sedang menghadapi masalah seperti yang kau katakan semalam, lalu
apa hubungannya dengan aku? Haruskah kau menjauh karena itu?
Diam hanya akan membuatku berprasangka buruk terhadapmu.
Menerka-nerka, mungkinkah kau memang sengaja mempermainkanku. Mungkinkah aku
yang memang bodoh dan polos sehingga bisa kau tinggalkan begitu saja.
Mungkinkah disaat aku menangis kau malah tertawa. Semoga saja tak ada yang
benar dari prangka buruk itu.
Aku sama sekali belum mengenalmu dan kau juga sebenarnya
belum mengenalku. Lalu apakah kita harus menghentikan perkenalan ini?
Okeh. Maafkan aku jika aku terlalu banyak beromong kosong di
pagi hari seperti ini. Tapi kenyataannya memang seperti ini. Tak
kulebih-lebihkan dan juga tak ku kurangi sedikitpun.
Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan ini.
Wassalam,,
Dari orang yang berhasil kau buat menangis, Ay..